dalam membuat sebuah cerpen atau novel atau yang lain, jelas kita akan dihadapkan pada alur cerita. dibawah ini contoh cerpen beralur campuran. semoga aja bisa bermanfaat buat lo.
(Go For Back)
Oleh : metafora
lintang
26/10/2013,
21;50
“Bay…..Bay….. Bayu…. Bangun Bayu
! bangun !, kamu bisa dengar aku kan ?” keras suara Faris bersaing dengan suara
derasnya air yang berlomba jatuh ke lantai toilet. Di pangkuan Faris, badan Bayu
terkulai lemas, mukanya putih pucat, sudah tak sadarkan diri. Sesegera Faris
meminta bantuan teman lain untuk membawa Bayu ke UKS.
Sudah dua hari Bayu tidak
berangkat sekolah sejak kejadian di toilet senin lalu, tak ada keterangan sakit
atau ijin, yang ada hanyalah “A” alias Alfa yang tertera didaftar hadir. Tak
ada teman lain yang tau sebab ketidak hadiran Bayu. Begitupun Faris, dia yang
sangat dekat dengan Bayu, sahabatnya dari Sekolah Dasar, hingga duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas kini. Rumah keduanyapun berdekatan, hanya terpaut dua
rumah.
“Ada yang tahu kenapa Bayu tidak
berangkat?” Ibu Rani selaku wali kelas menanyai seluruh anak. Namun memang tak
ada yang mengetahui. Ibu Rani yang paham betul jika Bayu sangat dekat dengan
Faris, dan kebetulan Faris juga menjabat ketua kelas menanyainya tentang Bayu.
“Faris, rumah kamu kan dekat
dengan rumah Bayu? Ibu minta tolong, kamu jenguk dia, tanyakan kenapa tidak
masuk sekolah?, yaa.”
“Gimana kalo kita semua
bareng-bareng buuuu?” cletuk salah satu kawan.
“Oh, kalo kalian mau, itu lebih
bagus.”
sepulang sekolah mereka menjenguk
Bayu
***
Keesokan harinya, kamis pagi,
Bayu tidak hadir lagi, bu Rani memanggil Faris selaku ketua kelas untuk
menghadapnya ke ruang guru.
“Bagaimana hasil kemarin? Kenapa
Bayu masih tidak berangkat?” Pertanyaan bu Rani ini sudah dipersiapkan
jawabanya oleh Faris sejak jalan menuju ruang guru tadi, karena dia sudah
mengira bu Rani akan menanyakan hal ini.
“Kemarin waktu kami ke rumahnya,
tidak ada sipa-siapa bu. Sudah berulang kali kami ketuk pintu rumahnya, kami
beri salam, tapi tetap tidak ada jawaban. Lagi pula rumahnya sudah berdebu,
seperti sudah tak berpenghuni bu”. Panjang Faris jelaskan pada bu Rani.
“kalo memang begitu, yasudah,
nggapapa, makasih ya Ris, biar nanti dari pihak sekolah coba datangi rumahnya”.
Ucap bu Rani sambil memberesi buku di mejanya
“iya bu sama–sama”. Faris kembali
menuju kelas. Sebenarnya Ia ingin ceritakan tentang kecurigaannya terhadap Bayu
kepada bu Rani, tetapi dia coba ceritakan terlebih dahulu pada sahabatnya,
Tama, yang juga cukup dekat dengan Bayu.
Pulang sekolah keduanya bertemu.
“Tam, ada yang mau aku ceritakan,
ini menyangkut Bayu”
“masalah perubahannya itu ?” Tama
Nampak penasaran.
“iya, sebenarnya aku sudah mulai
curiga akan tingkah lakunya sejak dua pekan lalu”.
“dua pekan lalu ?” Tama
membenarkan posisi duduknya senyaman mungkin untuk mendengarkan cerita Faris.
Faris coba jelaskan pada Tama
perubahan-perubahan Bayu sejak dua pekan lalu se-detail yang Ia bisa.
Ini cerita dua pekan lalu, tepatnya
hari kamis, usai pembelajaran di sekolah, Faris seperti biasanya, mengajak Bayu
belajar bersama di rumahnya.
Namun kali itu dia menolak tanpa
memberi alasan jelas pada Faris. Baru pertama kalinya dia menolak ajakan Faris.
Biasanya dia yang bersemangat bila belajar bersama. Dalam benak Faris
terheran-heran, namun Faris masih mewajarkan itu.
Jum’at paginya Faris cukup
pangling melihat penampilan Bayu di depan pintu gerbang sekolah. Muka yang
biasanya berseri, meski dikala mendung, kini kusam merata disetiap lini mukanya
yang kalem. Rambut lurus yang biasanya tertata rapi, justru terlihat bagai bulu
ketek manusia purba yang engga pernah disalonin. Pakaian seragamnya yang
biasanya selalu dimasukkan, kini celana seragamnya yang Ia masukkan, alias
acak-acakan.
“Bay, kamu salah makan obat ?”
Candaan Faris tidak digubris Bayu.
“hey ada apa denganmu sobat ?”
Faris coba sapa lagi.
“engga” singkat, padat , jelas,
itu jawaban Bayu.
Usai sekolah keduanya bertemu,
karna Bayu ingin bicara banyak pada Faris. Bayu menceritakan permasalahan
keluarganya. Ayahnya yang saat itu pengangguran, membuat perekonomian
keluarganya turun. Hampir setiap pulang sekolah dia mengurung diri di kamarnya,
dia tidak ingin melihat kedua orang tuanya yang selalu beradu cek cok. Kondisi
seperti ini membuat batin Bayu tertekan. Kadang Ia berpikir untuk putus
sekolah, karena baginya, sekolah itu hanya menambah beban ekonomi orang tuanya.
Tidak jarang Ia mendengar bila keduanya orang tuanya bertengkar dan yang
dipermasalahkan adalah biaya sekolah yang tinggi. Menangis Bayu jika
mendengarnya. Mungkin baginya adu mulut mereka itu lebih menyakitkan daripada
serangan rudal Israel..
“kira-kira gitu deh Tam” ucapan
Faris membuat mulut Tama yang mlongo sejak tadi mulai merapat.
“kasian juga ya dia.”
“iya, pas hari sabtunya, aku juga
liat dia pulang malem, tampilannya udah ngga karuan, kaya orang habis mabuk
gitu…”
“ah masa dia mabok ?” sangkal
Tama
“itu baru presepsiku,
kebenerannya siiii…..” Faris menyambung perkataannya itu hanya dengan
mengangkat kedua bahunya, diikuti kepala yang sedikit dimiringkan.
Setelah cukup puas mereka
bercerita, keduanya kembali kerumah masing-masing.
***
Tanpa diduga, saat Faris melewati
sebuah gang yang dekat dengan terminal bus. Dia melihat sosok lelaki yang tak
sing baginya, muka yang masih yang masih membekas dalam ingatannya, saat
terakhir kalinya terkulai pucat dipangkuannya. “Bayuuu???” dalam hati Faris
berkata, namun tak mampu mengucapkannya lewat lisan. Niat untuk menghampirinya
pupus, karena Ia lihat Bayu bersama dengan anak brandalan terminal dan di
tangannya, sebotol minuman yang akan Ia tenggak.
***
Pagi ini Faris berangkat lebih
awal dari biasanya. Dia ingin menceritakan semua yang dilihatnya tentang Bayu
kepada bu Rani. Dia harap dari pihak sekolah akan menindak lanjuti permasalahan
sahabatnya. Karena Faris tidak ingin masa depan sahabatnya akan hancur.
Pulang sekolah sekitar pukul
15.00 Faris berniat mencari Bayu di gang dekat terminal kemarin. Setelah lama
mengintai dari kejauhan. Faris mencoba mengikuti Bayu yang pergi meninggalkan
gerombolannya, menuju sebuah rumah yang sangat sederhana yang tak jauh dari
terminal. Ternyata disanalah sekarang Ia bersama keluarganya tinggal. Faris
coba beranikan diri mengetuk pintu rumah Bayu. Tak lama pintu dibuka.
“Bayuuu” Faris mendekati Bayu dan
memeluknya. Perlahan Bayu membalas pelukan Faris.
“ngapain kamu disini Ris ?” Tanya
Bayu
“aku pengen tau kondisi kamu Bay,
kenapa kamu ngga masuk sekolah?, ngga ada kabar sama sekali, ceritakan padaku
Bay!”
“Ayahku sudah meninggalkan kami
Ris… kini aku hanya bersama ibu dan
adiku, aku harus bantu ibuku cari uang Ris.”
“kemarin aku liat kamu mabuk.
Benar kamu mabuk Bay ?,”Faris ingin memastikan yang dilihatnya kemarin itu Bayu
atau bukan.
“i..i..iya itu aku, awalnya aku hanya coba
coba, tapi jadi ketagihan, aku sadar aku salah, ternyata itu semua hanya
menambah permasalahanku.”
“iya aku tau Bay, yasudah, yang
penting kamu sudah menyadarinya. Besok kamu berangkat yaa”
“ngga bisa Ris, aku ngga ada uang
untuk berangkat, aku juga harus cari uang buat keluargaku”
“udah ngga usah pikirin itu,
entar biar aku yang bayarin kamu, masalah keluarga, aku udah bilang ke sekolah
buat bantu kamu.”
“tapii….” “tapi apa ?, udah ngga
usah pikirin, aku akan bantu kamu” sambar Faris.
“terimakasih banyak kawan” senyum
bayu mulai mengembang, setelah sekian lama tertutupi mendung akibat kemelut
masalahnya.
“iya sama sama, aku pulang dulu
Bay, udah mulai gelap”
“hati hati dijalan Ris”
***
Pagi yang indah, perasaan Faris
yang senang bisa melihat sahabatnya duduk disampingnya kembali. Begitupun Bayu,
dia pergi dari rumahnya untuk datang kembali merasakan tempat duduk yang cukup
lama tidak berpenghuni, go for back, mungkin kata yang tepat untuknya. Dan
beban keluarganya kini sudah tak lagi berat karena telah mendapat bantuan dari
sekolah. Bayu merasa beruntung memiliki sahabat seperti Faris, rela berkorban
banyak demi Bayu agar Ia bisa masuk sekolah kembali.
Betting in Roulette and Casino - BonusBets.com
BalasHapusThe Roulette game is one of the oldest and most mgm 공식 사이트 popular casino games, 사카마치 미루 and 블랙 잭 규칙 one of the most well-known. It has 토토커뮤니티 its roots in casino 7 포커 gambling, which